05.33 | Posted in
Sejarah Kota gresik:







Gresik sudah dkenal sejak abad ke-11 ketika tumbuh menjadi pusat perdagangan tidak saja antar pulau, tetapi sudah meluas keberbagai Negara. Sebaga kota Bandar, Gresik banyak dikunjungi pedagang Cina, Arab, Gujarat, Kalkuta, Siam, Benggali, Campa dan lain-lain. Gresik mulai tampil menonjol dalam peraturan sejarah sejak berkembangnya agama Islam di tanah Jawa. Pembawa dan penyebar agama islam tersebut tidak lain adalah Syech Maulana Malik Ibrahim yang bersama-sama Fatimah Binti Maimun masuk ke Gresik pada awal abad ke-11.



Konon menurut cerita ada seorang bayi asal Blambangan (Kabupaten Banyuwangi) yang dbuang ke laut oleh orang tuanya. Dan ditemukan oleh para pelaut anak buah Nyai Ageng Pinatih, syahbandar kayaraya, yang kemudian diberi nama Jaka Samudra. Setelah perjaka bergelar Raden Paku yang kemudian menjadi penguasa pemerintahan yang berpusat di Giri Kedaton, dari tempat inilah beliau kemudian dikenal dengan panggilan Sunan Giri. Kalau Syech Maulana Malik Ibrahim pada jamannya dianggap sebagai para penguasa, tiang para raja dan menteri, maka Sunan Giri disamping kedudukannya sebagai seorang Sunan atau Wali (penyebar agama Islam) juga dianggap sebagai Sultan/Prabu (penguasa pemerintahan)



Sunan Giri dikenal menjadi salah satu tokoh Wali Songo ini, juga dikenal dengan prabu Satmoto atau Sultan Aiun Yaqin. Tahun dimana beliau dinobatkan sebagai penguasa pemerintahan (1487 M) akhirnya dijadikan sebagai hari lahirnya kota Gresik. Beliau memerintah gresik selama 30 tahun dan dilanjutkan oleh keturunanya sampai kurang lebih 200 tahun.



Menjabat sebagai bupati yang pertama adalah Kyai Ngabehi Tumenggung Poesponegoro pada tahun 1617 saka, yang jasadnya dimakamkan di komplek makam Poesponegoro di Jalan Pahlawan Gresik, satu komplek dengan makam Syech Maulana Malik Ibrahim.



Semula kabupaten ini bernama Kabupaten Surabaya. Memasuki dilaksanakannya PP Nomor 38 Tahun 1974, seluruh kegiatan pemerintahan mulai berangsur-angsur dipindahkan ke Gresik dan namanya kemudian berganti dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik dengan pusat kegiatan di kota Gresik.

Kabupaten Gresik yang merupakan sub wilayah pengembangan bagian (SWPB) tidak terlepas dari kegiatan sub wilayah pengembangan Gerbang Kertosusilo (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Termasuk salah satu bagian dari 9 sub wilayah pengembangan Jawa Timur yang kegiatannya diarahkan pada sektor pertanian, industri, perdagangan, maritim, pendidikan dan industri wisata.



Dengan ditetapkannya Gresik sebagai bagian salah satu wilayah pengembangan Gerbangkertosusilo dan juga sebagai wilayah industri, maka kota Gresik menjadi lebih terkenal dan termashur, tidak saja di persada nusantara, tapi juga ke seluruh dunia yang di tandai dengan munculnya industri multi modern yang patut dibanggakan bangsa Indonesia.



Nama Resmi : Kabupaten Gresik

Ibukota : Gresik

Provinsi : Jawa Timur

Batas Wilayah : Utara: Laut Jawa

Selatan: Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Surabaya

Barat: Kabupaten Lamongan Timur: Selat Madura



Luas Wilayah : 1.192,25 Ha Wilayah Administrasi : Kecamatan: 18, Desa: 330, Kelurahan: 26



Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1990 (SP 1990), jumlah penduduk Kabupaten Gresik adalah sebesar 856.430 jiwa, terdiri dari 419.160 jiwa laki-laki dan 437.270 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk sebesar 726 jiwa per kilometer persegi. Rasio jenis kelamin sebesar 95,86; artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat sejumlah 95,86 penduduk laki-laki.

Menurut hasil Registrasi Penduduk Kabupaten Gresik pada tahun 2001, jumlah penduduk adalah 969.205 jiwa, terdiri dari 481.074 jiwa penduduk laki-laki dan 488.131 penduduk perempuan. Dari jumlah penduduk sebanyak itu terdapat 223.593 keluarga dengan kepadatan penduduk sebesar 803 jiwa per kilometer persegi. Dibandingkan dengan tahun 1990 kepadatan penduduk meningkat sebesar 10,60 persen dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,55 persen.



Transmigrasi di Kabupaten Gresik tahun 1995/1996 sampai dengan tahun 2001 adalah sebesar 864 KK dan 2.375 jiwa terdiri atas 234 KK, 729 jiwa merupakan transmigrasi umum; 486 KK dan 1.180 jiwa merupakan transmigrasi swakarsa mandiri, sedang sisanya merupakan transmigrasi swakarsa berbantuan. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah pemberangkatan transmigrasi pada tahun 2001 mengalami penurunan jumlah Kepala Keluarga maupun jiwa. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat data transmigrasi menurut jenis transmigrasi mulai tahun 1997/1998 sampai dengan tahun 2001.



Tabel : Data Penduduk Akhir Tahun 2001 per-Kecamatan

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 Wringinanom 52.271

2 Driyorejo 61.012

3 Kedamean 52.556

4 Balongpanggang 52.425

5 Benjeng 54.126

6 Menganti 80.881

7 Cerme 58.298

8 Duduksampeyan 43.803

9 Kebomas 71.244

10 Gresik 76.904

11 Manyar 73.084

12 Bungah 51.365

13 Sidayu 35.468

14 Dukun 57.212

15 Panceng 41.621

16 Ujungpangkah 39.785

17 Sangkapura 43.830

18 Tambak 23.320

Jumlah 969.205







Penetapan Upah Minimum Regional (UMR)

Penetapan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) sebagai salah satu dasar penetapan upah minimum dan penetapan UMR (Upah Minimum Regional) pada tahun 2001 sebesar Rp. 330.000,- pada tahun 2002 sebesar Rp. 453.000,- (naik 37 persen dari tahun 2001).

Untuk mengurangi pengangguran diperoleh informasi pemberangkatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri sesuai mekanisme daftar kerja antar negara sebanyak 100 orang pencari kerja.



Agama dan Industri

GRESIK terkenal karena dua orang penyebar agama Islam yang termasyhur di Pulau Jawa, yaitu Sunan Giri dan Sunan Gresik (atau Maulana Malik Ibrahim yang juga disebut Syekh Maghribi), dilahirkan, bekerja, dan dimakamkan di kota itu. Mereka ini merupakan dua di antara sembilan wali, atau Wali Sanga, penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Tidak mengherankan kalau akibat kehadiran dua wali itu, kini di Gresik terdapat cukup banyak pondok pesantren, yang besar maupun yang kecil. Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik tahun 2000, jumlah pesantren di kabupaten itu mencapai 60 buah dengan jumlah santri sebanyak 22.152 orang. Kehadiran pondok pesantren dengan para santrinya itu telah menciptakan lahan bisnis tersendiri bagi masyarakat Gresik, khususnya di bidang kebutuhan pakaian khas para santri laki-laki seperti kopiah dan sarung panjang.

Sarung dari Gresik, misalnya, sangat terkenal. Saat ini kebanyakan produksi sarung tersebut

dilakukan PT Behaestex (PT BHS). Dari tiga merek sarung PT BHS, yaitu Atlas, Rubat, dan

Marjan, merek Atlaslah yang menguasai pangsa pasar sarung Indonesia. Produk BHS itu ha-nya disaingi oleh produk-produk sarung dari Pekalongan dan Majalengka saja.

Selain sarung, industri kecil dan menengah di Kabupaten Gresik itu juga memproduksi songkok

atau kopiah. Dua produk songkok yang cukup terkenal hingga keluar wilayah Gre-sik bahkan

mancanegara, adalah merek Awing-dikenal sebagai songkok ber-AC-produksi Kelompok Perajin Songkok Amanah, dan merek UD Sangkar Mas produksi Perajin Songkok Sangkar Mas. Jumlah perajin songkok dan sarung di wilayah yang terletak sekitar 20 kilometer baratlaut Kota

Surabaya itu, telah membuat Gresik menjadi salah satu sentra produksi songkok dan sa-rung

paling besar di Indonesia. Memang tidak jelas, mengapa kota pesisir pantai Laut Jawa ini dapat menjadi kota songkok dan sarung. Dari catatan sejarah, pakaian kedua wali itu bukan sarung dan songkok, melainkan jubah panjang dengan sorban. Yang jelas hanyalah bahwa kerajinan sarung dan songkok itu kebanyakan memang merupakan industri rumahan-sudah dimulai sejak masa kolonial Belanda, yaitu sekitar tahun 1930-an.

***

GRESIK juga memiliki dua industri besar, yaitu industri semen PT Semen Gresik yang salah satu pabriknya berada di Tuban, Jawa Timur, dan industri pupuk PT Petrokimia Gresik. Meski

penyerapan tenaga kerja pada kedua industri nasional itu cukup besar, namun masih sekitar 20 persen dari jumlah seluruh tenaga kerja di sektor industri wilayah itu, bekerja pada berbagaiindustri kecil yang ada. Hal ini tidak mengherankan, karena dari 5.081 unit industri yang ada di Kabupaten Gresik, sebanyak 4.651 unit merupakan industri kecil. Lokasi industri-industri kecil itu pun tersebar merata pada 18 kecamatan di Gresik.

Selain industri-industri kecil dan menengah di bidang pertenunan dengan produksi sarung dan

songkok, di Gresik juga terdapat industri kerajinan rotan, industri anyaman dan bordir, dan

industri tikar bawean yang terdapat di Pulau Bawean. Di samping itu, karena sepertiga wilayah

Gresik berada di pesisir pantai, kota ini pun terkenal dengan sektor perikanannya. Ikan bandeng adalah produk perikanan utama di kota ini.









Dikutip dari :

www.depdagri.go.id

www.gresik.go.id



Tags: sejarah gresik

Next: Pasar bandeng, rek......
��

Comments